Kamis, 02 Januari 2014

BERAPA KALI GEREJA HARUS MEMBELI PERLATAN SOUND SYSTEM?

MENGAPA GEREJA HARUS MEMBELI SOUND SYSTEM BEBERAPA KALI?


Pak Suara Sound Kami Tidak Jelas dan Berisik



      Keluhan ini seringkali diungkapkan oleh pengurus gereja atau bahkan pemain musik maupun soundman. Banyak pengurus gereja yang bingung, bagaimana harus menyelsaikan masalah yang mereka hadapi, mereka sudah menuruti berbagai saran, namun tetap saja masalah ada pada mereka. Lalu siapa yang harus mereka percaya untuk dapat menjadi penyelamat telinga mereka di dalam gereja?
        Kasus yang lebih umum lagi adalah terjadinya tuding menuding di antara soundman dan musisi, bahkan yang lebih parah atara panitia pembangunan gereja dengan majelis atau gembala. Soal apa yang mereka ributkan? Antara panitia pembangunan dan pengurus umumnya disebabkan karena tidak adanya dana untuk akustik gedung sehingga mengakibatkan gedung bergema. Atara soundman dan musisi gereja atau pelayan mimbar adalah lebih disebabkan karena pemain musik merasa tidak mendengar suara alat musiknya dan terus menaikkan volume suara instrumennya.
      Kasus-kasus inilah yang membuat banyak perpecahan atara pihak-pihak yang terlibat langsung menangani kasus-kasus ini, namun seringkali mereka datang pada orang yang tidak mengerti harus berbuat apa sebenarnya. Contoh kasus pada foto sebelah ini adalah GBI KCT di Serpong Jakarta, sebelum kami set dengan benar, gereja ini sudah membeli perlatan dari toko dan memasangnya sendiri, namun tidak pernah bersuara dengan benar. Seperti pada umumnya yang terjadi adalah saling menyalahkan antara pelayan mimbar dan soundman. Apa yang menjadi penyebabanya? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Paling Mudah... Akustik yang Salah

      Sebuah gereja di Salatiga yang meminta saya untuk melihat sound system yang mereka miliki selama beberapa tahun dan tidak pernah terdengar suaranya benar. "Pak Emir bisa datang mengeset sound gereja kami? Tetapi gereja kami tanpa peredam di dalamnya lho...". Dengan rasa penasaran saya datangi gereja tersebut, Gereja Pantekosta Efrata Salatiga namanya. Gereja ini sebenarnya sudah memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mengeset sound dengan benar. Namun sudah 4 orang yang datang untuk mengeset gereja ini dan sudah lebih dari 3 kali mereka membeli peralatan sound system, tetapi tetap saja masalah yang ada tidak selesai dengan benar. Sebenarnya apa yang menjadi masalah dalam gereja ini? Memang pada saat saya cek suara bergaung lebih dari 3 detik, bagaimana saya bia mengatasinya? tentu saja tidak mungkin tanpa akustik?
   Pertanyaan yang sama dengan semua orang sebelumnya saya lontarkan.. ke mana peredam akustiknya? Jawabannya adalah selalu juga menjadi jawaban yang klasik.. kami belum mampu memasangnya.. waduh... Apa yang harus saya lakukan? Saya teringat dengan satu teknik mengetes gema ruangan, 1 orang tepuk tangan dalam gedung bergema sekalipun akan tetap terdengar 1, hanya saja dengan suara ekor beberapa detik kemudian dari tepukan tangan tersebut. Speaker telah berada pada posisi seperti pada gambar di sebelah ini, manajemen speaker pun sudah ada, saya buka dan kemudian saya keluarkan komputer saya dan mulai mengetes. Ternyata banyak parameter yang salah, saya mencoba mengesetnya, namun suara yang jernih dan jelas masih belum kami dapatkan.
     Staff saya melihat sesuatu yang janggal, "Pak kabelnya ternyata kabel murah dari berbagai merek..", segera saja saya katakan untuk ia menggantinya dan menyamakan panjangnya. Saya tinggalkan staff saya untuk mengganti dan menyakan panjang kabel untuk membeli makan siang. Setelah makan siang dan kami merasa lebih segar, kami tes ulang dengan membuat speaker utama di depan sebagai acuan, kemudian speaker yang berada di tengah ruangan kami delay ke depan dan speaker yang berada di belakang ke depan, demikian juga speaker yang berada di atas balkon. Saya EQ satu persatu sehingga orang yang berjalan dari depan ke belakang tidak merasa ada perubahan suara atau suara seperti dipelintir.
     Ternyata setelah kami set ulang, suara menjadi lebih fokus ke tengah mimbar dan tidak lagi terasa berasal dari speaker. Seolah suara yang bergaung (susul menyusul) menjadi berkurang, namun ekor gaung yang 3 detik lebih tadi tetap ada. Tetapi suara yang dihasilkan speaker dapat di dengar dengan baik, di banding sebelumnya dengan delay dan parameter EQ yang sangat tidak tepat.

Ini Merek Terkenal Lho..

      Inilah yang sering terlontar dari gereja yang membeli sound "bermasalah" mereka banyak bersembunyi di balik merek terkenal, dengan harapan merek terkenal akan menyelesaikan masalah mereka, tentu saja ini adalah harapan yang hampa. Banyak gereja terjebak dengan merek, dan menyangka bahwa sound itu mudah, tinggal sambungkan dan bunyi. Dahulu memang demikian, namun jaman telah berubah, tuntutan jemaat untuk berbakti dengan mendedikasikan hatinya hanya untuk Tuhan menjadi priorita utama. Sayang jemaat saat ini sudah tercemar telinganya dengan teknologi dan suara yang nyaman di dengar.
       Banyak saya jumpai si merek terkenal ini ternyata di pasang begitu saja tanpa memikirkan bahwa inti dari pada ibadah di dalam gereja adalah kehadiran Tuhan di tengah-tengah jemaat. Apa yang terjadi, bukanlah terasa hadirat Tuhan, namun yang ada adalah suara bising speaker bersahutan.
      Pada gambar di sebelah ini adalah Gereja Katholik Pandu Bandung, yang sudah terpasang speaker merek Turbosound dan Tannoy, tetapi manajemen speaker yang mereka punya hanya dbx Driverack PA yang delaynya sangat pendek dan tidak mencukupi. Saya ganti manajemen speakernya dengan dbx Driverack 260 yang delaynya jauh lebih panjang, cukup untuk mendelay antara 2 buah speaker dengan jarak yang jauh.
   Seperti biasanya kami mendelay speaker bagian belakang gedung, sehingga seolah suaranya datang dari arah depan. Dalam liturgi Katholik semua urutan dalam tata cara ibadah harus berpusat pada altar, kecuali pada saat jalan salib, demikian juga dengan perhatian umat harus tertuju npada altar. Setelah kami set delay dan EQ dengan benar maka suara yang bersusul-susulan menjadi seolah datang dari altar yang menjadi inti dari pada liturgi ibadah umat Katholik.

Libatkanlah Orang yang Mengerti Mengeset Sound dan Akustik

       Saya sangat menganjurkan agar ada orang yang mengerti akustik dan sound system pada saat pembangunan gereja. Mahal? Tentu tidak, dari pada sesudahnya memanggil orang yang katanya mengerti sound, mencoba si A, mencoba si B, namun tidak menyelesaikan masalah, malah dana yang dikeluarkan lebih dari pada yang seharusnya di keluarkan. Hati-hati dengan oranya yang mengaku bisa dan menawarkan ini dan itu yang katanya diperlukan, membeli speaker untuk di tempatkan di dalam gereja bukanlah hanya mengikuti trend. Saya sudah memeperbaiki beberapa gereja yang terkena demam line aray, karena dianggap cukup kuat suara line array, dana gereja-gereja itu juga sangat kuat, namun mereka lupa, plafon gereja kurang tinggi. Apa akibatnya? Karena plafon gereja yang kurang tinggi, maka suara line array yang digantung di atas mimbar, terdengar sangat memekakan telinga bagi jemaat yang duduk pada barisan depan.
        Bagaimana jika sound system di gereja anda sudah ada dan tidak pernah benar suaranya? Sebenarnya apa yang diperlukan untuk memeprbaikinya? Saat ini teknologi sudah maju, suara bisa disetir melalui loudspeaker manajemen, alat ini berupa alat digital yang kita bisa set dan kunci dengan password. Dalam alat ini tercakup semua yang kita perlukan untuk mengeset atau mengakali suara. Saya sarankan untuk tidak membeli equalizer ataupun crossover analog, karena akan banyak tangan yang memainkannya, sehingga akan merugikan banyak pihak. Mulai dari pertengkaran antara soundman dan musisi, soundman dengan pengurus dan bahkan dengan gembala. Karena akan mudah sekali orang mengganggu set alat ini.
        Satu saja pesan dari saya, jangan mempercayai orang yang hanya membawa misi marketing, yang bertujuan hanya menjual sesuatu pada gereja, dan bukan menyelesaikan masalah, mengeset sound dengan benar. Stop penghamburan uang jemaat untuk pembelian peralatan sound system yang tidak diperlukan, belilah dari orang yang memiliki kemampuan mengeset sound dengan benar untuk gereja, dan orang yang mengerti benar susunan liturgi ibadah di dalam gereja anda.




Rabu, 01 Januari 2014

SUARA SPEAKER MENJADI TERDENGAR BERISIK? APA SEBABNYA?

MENGAPA SUARA SPEAKER TERDENGAR BERISIK?


Pak Berisik...


     Pak suara soundnya berisik.. Dari mana berisiknya? Mengapa berisik? Saya harus bagaimana? Pertanyaan ini yang timbul di benak kita pada saat orang protes akan sound yang kita pasang atau kendalikan, namun seringkali kita sulut mengartikan apa yang orang sampaikan kepada kita, di mana (frekuensi berapa) dan apa yang diartikannya dengan berisik. Orang awam akan sulit mencerna mengapa timbul suara berisik, memilah masalah sumber suara tersebut darang dari mana. Kita sebagai sound engineer yang harus mencermatinya dan memillah mana yang harus kita kurangi dan mana yang harus kita benar-benar singkirkan.
      Bagaimana kita menterjemahkan apa yang menjadi keluhan orang? Jika kita sendiri tidak mengerti apa yang harus kita kurangi atau menyingkirkan frekuensi yang mana yang membuat orang merasa berisik. Lebih jauh lagi apabila kita tidak mengetahui di frekuensi mana yang membuat berisik, maka pasti kita tidak tahu asal sumber kebisingan tersebut. Yang saya maksudkan di sini adalah bukan sekedar kita menunjuk.. "O.. ini gitar yang membuat berisik.." atau "O ini terjadi karena kita menggunakan mic murah tiruan buatan Cina..".
        Bahkan banyak orang berpikir suara berisik yang ia dengar berasal dari speaker buatan Cina yang ia beli di toko, walaupun ia sendiri sudah mendengarkan suaranya sebelum membeli. Ternyata masih banyak contoh kejadian yang lebih parah lagi, orang yang sudah membeli speaker bermerek, namun ternyata mereka merasa speaker bermerek tersebut bersuara sangat menyakitkan telinga dan mereka ingin menggantinya lagi. Mari kita telusuri beberapa penyebab sumber suara berisik pada speaker, sebelum kita menuduh pemain musik yang menjadi sumber suara berisik.
       Foto di sebelah kanan adalah Lounge dari Star Orange di Serpong, pada saat kami diminta mengeset ulang tempat ini, banyak speaker rusak, terutama subwoofernya karena dipaksakan untuk mengalahkan suara berisik yang dihasilkan speaker full rangenya. Begitu banyak yang terjadi di tempat ini, sehingga ada yang menyalahkan pemiliknya membeli asal saja barang Cina yang murah di Glodok. Namun kami bisa membuktikan bahwa anggapan tersebut adalah salah. Ternyata permasalahannya adalah pada delay, polaritas dan EQ. Penyetelan yang benar mampu memperbaiki suara berisik yang sebenarnya tidak perlu timbul.


Polaritas yang Terbalik

        Polaritas yang terbalik adalah salah satu penyebab utama suara yang telinga kita dengar bersuara berisik. Ternyata bukan hanya pendengaran kita saja yang menganggapnya berisik, namun microphone pun mengganggapnya demikian, apa yang akan ditangkap microphone? Microphone akan menjadi lebih mudah feedback! Saya berkesempatan mengukur sebuah instalasi seorang teman pada sebuah gereja, namun saya sangat terkejut akan hasil yang saya lihat di layar komputer saya, saya lihat gambar polaritas speaker yang terbalik. Speaker yang dipasang di tempat saya mengukur tersebut tidaklah murah, harganya ribuan US$. Teman saya yang memasang tempat ini pun bukan orang sembarangan, dia adalah salah satu yang terbaik di Indonesia untuk mengeset sound sistem.
        Sebelumnya saya menjawab teman yang memanggil saya ke gereja tersebut... "Kalau dia yang mengeset suaranya tidak benar, berarti soundman kalian yang bodoh...!". Lho orang terbaik di Indonesia kok yang mengesetnya.

      Ternyata saya menemukan memang speakernya yang terbalik polaritasnya. Mengapa bisa demikain? Kemungkinan mereka tidak memperdulikan polaritasnya, mereka mengeceknya sebelum mereka aplikasikan titik crossover, tentunya kecuraman dan jenis crossover akan mempengaruhi polaritas. Karena jenis dan kecuraman crossover adalah vektor, vektor memiliki arah, dan arah ini dapat menggeser fasa, bahkan hingga terbalik.
           Pada gambar di samping ini polaritas yang terbalik digambarkan oleh garis oranye, jika diperhatikan frekuensi respon sebelum dan sesudah dibalik polaritasnya tidak terdapat perubahan. Namun pada gambar atas berupa gambar fasa, justru terjadi perubahan yang luar biasa. Fasa low berada di bawah titik 0 derajat, Sedangkan mulai 2 kHz hingga 10 kHz fasa berada di atas 0 derajat. Apa yang telinga kita respon dari fasa oranye? Suara tinggi 2 kHz ke atas akan terasa dominan di banding suara mid dan low, dan microphone menangkap suara yang "seolah" berlebih ini sebagai potensi feedback, saya akan menjelaskan potensi feedback ini dalam artikel lainnya.
      Setelah kami balik polaritasnya, suara terdengar lebih berisi dan tidak berisik seperti awalnya, karena setelah kami balik mid dan low yang lebih direspon sebagai sesuatu yang dominan.

Titik Crossover Antar Komponen

         Titik crossover ternyata adalah salah satu sumber dari suara yang terdengar berisik, mengapa bisa terjadi hal ini pada titik crossover? Gambar di bawah ini adalah crossover antara komponen speaker low dan high perhatikan pada titik crossover di antara 2 kHz hingga 4 kHz, jika penggabungan antar 2 komponen terjadi dengan baik maka akan  terjadi penjumlahan secara akustik di tempat kita mengukurnya. Penjumlahan ini akan terdengar berisik, apa yang harus saya lakukan? Saya kurangi frekuensi-frekuensi di sekitar penjumlahan ini maka suara berisik pun berkurang jauh. Tidak ada yang salah dengan paloritas maupun fasa pada kasus ini, hanya sebagai akibat frekuensi yang berlebih yang terjadi pada area titik crossover antar kedua komponen tersebut.




     Kasus lainnya adalah karena impedansi yang melampaui 8 ohm pada area titik perpotongan crossover, terutama kebisingan akan timbul disebabkan oleh komponen low pada area sekitar titik cossover. Kejadian ini hanya terjadi pada crossover pasif, seringkali peningkatan impedansi dapat mencapai lebih dari puluhan ohm. Apa akibat dari peningkatan impedansi ini? Konus speaker akan bergerak secara tidak teratur pada saat nilai impedansi tersebut terpenuhi oleh kekuatan arus yang mencukupi. Kapan suara bising ini terdengar? Yaitu pada saat power kita kencangkan volumenya mendekati nilai arus yang dibutuhkan untuk impedansi yang puluhan ohm tadi bersuara optimal sebenarnya. Apa yang harus kita lakukan jika demikian? Kita dapat memilih speaker komponen, low terutama, dengan impedansi mid yang relatif stabil, tidak meningkat lebih dari belasan ohm di titik crossover yang kita inginkan.


       
        Perhatikan pada gambar di atas ini saya ambil dari sebuah speaker buatan Amerika yang menjadi speaker favorit saya. Pada awalnya saya tidak mengerti, mengapa jika saya kencangkan volume pada mixer, suara speaker menjadi kasar dan seakan mengacak-acak telinga. Setelah saya paham arti impedansi, saya perhatikan spesifikasi speaker tersebut, pada gambar bagian pojok kiri bawah terdapat pengukuran impedansi. Simak baik-baik angka yang tertera pada spesifikasi setelah mereka gabungkan atar 2 komponen pada area titik crossovernya mencapai angka hingga 80 ohm. Spesifikasi speaker ini adalah rata-rata 8 ohm, apa akibatnya jika 80 ohm? pada saat power kecil, maka suara seputar titik crossover akan terdengar baik-baik saja, namun setelah arus dengan nilai tertentu tercapai maka suara di seputar impedansi 80 ohm tersebut bukannya bersuara baik, malah menjadi bersik, karena gerakan konus low menjadi tidak terkontrol.

Kurangilah dan Hindarilah Frekuensi yang Mengakibatkan Suara Berisik

      Kesimpulan yang saya bisa tarik adalah, adanya dua area penyebab suara berisik yang memekakkan telinga atau yang menusuk telinga. Untuk suara yang memekakkan telinga berada pada sekitar 1 kHz hingga 4 kHz, kemudian yang menusuk telinga lebih tinggi dari 4 kHz. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi berisik ini, mulailah dengan mendelay speaker dengan benar (jika jumlah komponen lebih dari 1) kemudian EQ-lah dengan benar sistem tersebut, niscaya suara yang bening dan jelas seperti yang kita impikan bisa kita dapatkan.